"A'uudzu billaahi minasy-syaithaanir-rajiim."
Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.
Klik penjelasannya
1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,
3. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
4. Pemilik hari Pembalasan.
5. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan pula (jalan) mereka yang sesat.
1. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
2. الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Alhamdulillaahi rabbil-'aalamiin
Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.
3. الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Ar-rahmaanir-rahiim
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
4. مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Maaliki yaumid-diin
Pemilik hari pembalasan.
5. إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.
6. اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Ihdinas-shiraathal-mustaqiim
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
7. صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Shiraathal-ladziina an'amta 'alaihim ghairil-maghdhuubi 'alaihim wa ladh-dhaalliin
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Klik Penjelasannya
"Rabbana dzalamnaa anfusanaa wa il lam taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal-khaasiriin."
Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi (QS. Al-A'raf 7:23).
1. Pengakuan Dosa dan Kesalahan
"Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri."
Bagian pertama ini adalah sebuah pengakuan tulus. Doa ini bukan menyalahkan orang lain atau takdir, melainkan mengakui bahwa kesalahan dan dosa yang dilakukan adalah perbuatan zalim (aniaya) terhadap diri sendiri. Dosa disebut sebagai kezaliman karena ia merusak dan mencelakakan diri kita, menjauhkannya dari kebaikan dan keselamatan. Dengan kata lain, kita mengakui bahwa kerugian yang menimpa adalah hasil dari perbuatan kita sendiri, bukan dari pihak lain.
2. Harapan dan Ketergantungan Total
"Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami..."
Ini adalah inti permohonan. Doa ini menunjukkan bahwa pengampunan (maghfirah) dan rahmat Allah adalah satu-satunya jalan keluar. Tidak ada amalan, usaha, atau alasan apa pun yang dapat menyelamatkan kita dari kerugian, kecuali ampunan dan kasih sayang Allah. Bagian ini menunjukkan sikap tawakal dan kerendahan hati yang mutlak di hadapan Sang Pencipta. Kita menyadari bahwa tanpa campur tangan dan karunia-Nya, kita tidak memiliki harapan.
3. Konsekuensi yang Paling Buruk
"...niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi."
Ini adalah penegasan yang dramatis tentang akibat dari tidak diampuni. "Kerugian" di sini tidak hanya merujuk pada kerugian harta atau posisi di dunia, melainkan kerugian yang paling parah dan abadi: kerugian di akhirat. Kerugian ini bisa berupa siksa, penyesalan abadi, dan kehilangan kesempatan untuk meraih kebahagiaan sejati di surga.
Kesimpulan Rinci
Doa ini mengajarkan kita tentang pentingnya sikap introspeksi dan kerendahan hati. Ia dimulai dengan pengakuan kesalahan diri sendiri, bukan menyalahkan takdir. Kemudian, ia mengajarkan bahwa satu-satunya solusi adalah kembali kepada Allah, memohon ampunan dan rahmat-Nya. Doa ini mengingatkan kita bahwa tanpa ampunan Allah, nasib kita hanyalah kerugian total di dunia dan akhirat.
Doa ini dikenal sebagai doa Nabi Adam dan Hawa setelah mereka diturunkan ke bumi, menjadi salah satu contoh terbaik dari taubat (pertobatan) yang tulus.
Klik penjelasannya
Do,a pertama di dunia pdf
"Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh-zhaalimiin."
Tidak ada tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dhalim (QS. Al-Anbiya' 21: 87).
Doa ini adalah pengakuan tulus yang diucapkan oleh Nabi Yunus AS ketika beliau berada di dalam perut ikan paus. Doa ini mengandung tiga elemen utama yang sangat mendalam:
1. Tauhid (Pengesaan Allah)
"Laa ilaaha illaa anta" (Tidak ada Tuhan selain Engkau)
Ini adalah bagian paling fundamental dalam doa ini. Nabi Yunus AS memulai doanya dengan menegaskan keesaan Allah. Meskipun berada dalam situasi yang sangat sulit, gelap, dan putus asa (di dalam perut ikan di dasar laut), keyakinannya kepada Allah tidak goyah.
Kalimat ini menunjukkan bahwa hanya Allah satu-satunya tempat berlindung dan pertolongan, bukan kekuatan lain. Ini adalah pengakuan bahwa tidak ada yang memiliki kekuasaan untuk menyelamatkannya dari situasi tersebut selain Allah.
2. Pensucian dan Pengagungan Allah
"Subhaanaka" (Maha Suci Engkau)
Setelah menegaskan keesaan Allah, Nabi Yunus AS mensucikan-Nya dari segala sifat kekurangan.
Kalimat ini berarti bahwa Allah itu Maha Sempurna dan tidak mungkin berbuat salah atau zalim. Jika ada musibah yang menimpa, itu bukan karena kesalahan Allah, melainkan karena kesalahan hamba-Nya sendiri.
3. Pengakuan Dosa dan Kezaliman
"Innii kuntu minazh-zhaalimiin" (Sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim)
Ini adalah puncak dari kerendahan hati dan kesadaran diri. Nabi Yunus AS tidak menyalahkan takdir atau kondisi sulitnya. Sebaliknya, ia menyadari bahwa penderitaan yang ia alami adalah akibat dari kesalahannya sendiri.
Kata "zalim" di sini memiliki makna luas. Ia bisa merujuk pada dosa yang Nabi Yunus lakukan (yaitu meninggalkan kaumnya tanpa izin Allah) atau secara umum sebagai pengakuan bahwa manusia, termasuk dirinya, rentan berbuat salah dan menzalimi diri sendiri.
Kesimpulan dan Pelajaran
Doa ini mengajarkan kita tentang cara bertaubat dan memohon pertolongan yang paling benar. Doa ini disebut sebagai doa orang yang kesusahan karena memiliki tiga pilar penting:
Pengesaan (Tauhid): Memulai dengan keyakinan penuh kepada Allah sebagai satu-satunya Yang Berhak disembah dan dimintai pertolongan.
Pensucian (Tasbih): Mengakui kesempurnaan Allah dan membersihkan-Nya dari segala kekurangan.
Pengakuan Dosa: Menyadari bahwa kesalahan dan musibah datang dari diri sendiri, bukan dari Allah.
Dengan menggabungkan ketiga pilar ini, doa ini menjadi sangat kuat dan diterima oleh Allah. Kisah Nabi Yunus menjadi bukti bahwa doa ini adalah kunci untuk keluar dari kesulitan yang paling tidak mungkin sekalipun.
Klik penjelasannya
"Allaahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa anaa 'abduka, wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu, a'uudzu bika min syarri maa shana'tu, abuu'u laka bini'matika 'alayya, wa abuu'u bidzanbii faghfir lii fa innahu laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta."
Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada janji-Mu dan ikatan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.
====
Doa ini mengandung unsur-unsur yang menjadikannya permohonan ampunan yang paling sempurna. Doa ini adalah kombinasi dari pengakuan, ketaatan, dan permohonan yang tulus.
1. Pengakuan Ketuhanan dan Status Hamba
"Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau."
Bagian ini adalah pondasi utama doa. Kita memulai dengan pernyataan tauhid yang murni, menegaskan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya yang patut disembah. Ini adalah pengakuan akan kekuasaan, keesaan, dan keagungan Allah yang tak tertandingi.
"Engkaulah yang menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu."
Ini adalah pengakuan jujur atas hubungan antara pencipta dan makhluk. Kita mengakui bahwa kita hanyalah ciptaan Allah, dan status kita adalah hamba-Nya. Pengakuan ini melahirkan sikap kerendahan hati yang mutlak. Dengan demikian, kita menyadari bahwa kita tidak memiliki kekuasaan atau kekuatan apa pun kecuali yang diberikan oleh-Nya.
2. Pengakuan Janji dan Keterbatasan Diri
"Aku akan setia pada janji dan ikatan-Mu semampuku."
Ini adalah komitmen yang kita ucapkan kepada Allah. "Janji dan ikatan" di sini merujuk pada janji kita sebagai hamba untuk patuh dan taat kepada perintah-Nya. Frasa "semampuku" menunjukkan bahwa kita menyadari keterbatasan diri sebagai manusia yang lemah, namun kita tetap bertekad untuk berusaha sekuat tenaga. Kita berjanji untuk tetap berada di jalan yang lurus sesuai dengan perintah-Nya.
3. Permohonan Perlindungan dan Pengakuan Dosa
"Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku."
Setelah mengakui hubungan dengan Allah dan berkomitmen untuk taat, kita memohon perlindungan dari hasil buruk perbuatan kita sendiri. Kita menyadari bahwa tindakan kita yang salah dapat membawa dampak negatif, baik di dunia maupun di akhirat, dan kita memohon agar Allah melindungi kita dari konsekuensi tersebut.
4. Pengakuan dan Permohonan Ampunan
"Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku."
Ini adalah inti dari doa istighfar. Bagian ini mengandung dua pengakuan penting:
Mengakui nikmat: Kita menyadari bahwa segala kebaikan dan karunia yang kita miliki berasal dari Allah. Pengakuan ini akan memupuk rasa syukur.
Mengakui dosa: Kita mengakui bahwa kita telah berbuat dosa. Tanpa pengakuan ini, tidak ada dasar untuk memohon ampunan. Ini adalah bentuk penyesalan yang tulus.
"Maka ampunilah aku. Sebab, tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau."
Ini adalah permohonan puncak. Setelah melalui semua pengakuan di atas, kita memohon ampunan dari-Nya dengan penuh keyakinan. Kalimat penutup ini menegaskan kembali tauhid, bahwa hanya Allah-lah yang memiliki kekuasaan mutlak untuk mengampuni segala dosa.
Mengapa Doa Ini Disebut "Sayyidul Istighfar"?
Menurut Hadis Rasulullah ﷺ, doa ini disebut "pemimpin istighfar" karena siapa pun yang mengucapkannya dengan penuh keyakinan di pagi hari lalu meninggal sebelum sore, maka ia termasuk penghuni surga. Demikian pula, jika ia mengucapkannya di sore hari lalu meninggal sebelum pagi, ia juga termasuk penghuni surga.
Ini karena doa ini merangkum seluruh aspek dari pertobatan yang sempurna: pengakuan akan kebesaran Allah, pengakuan atas kesalahan diri sendiri, dan permohonan ampunan yang hanya ditujukan kepada-Nya.
Klik penjelasannya
"Astaghfirullaahal-'adzhiim."
Aku mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung.
1. "Astaghfiru" (Aku Memohon Ampunan)
Kata ini berasal dari akar kata "ghafara", yang berarti menutupi atau mengampuni.
Makna "Mengampuni": Mengampuni di sini bukan hanya sekadar "memaafkan" tetapi juga menutupi dosa. Ketika Allah mengampuni, Dia menutupi aib dosa kita di dunia (sehingga orang lain tidak tahu) dan di akhirat (sehingga dosa tersebut tidak lagi diperhitungkan sebagai keburukan).
Posisi Hamba: Kata "astaghfiru" menunjukkan posisi hamba yang rendah hati, yang mengakui kesalahannya dan tidak punya daya untuk memperbaiki diri kecuali dengan pertolongan Allah.
2. "Allaahal-'Adzhiim" (Allah Yang Maha Agung)
Penambahan nama Allah "Al-'Adzhiim" (Yang Maha Agung) di sini sangatlah signifikan.
'Adzhiim merujuk pada keagungan Allah yang tak terbatas, baik dalam kekuasaan, kebijaksanaan, maupun kemurahan-Nya.
Korelasi Makna: Menggabungkan "astaghfiru" dengan "Al-'Adzhiim" berarti kita tidak hanya memohon ampunan, tetapi kita memohon ampunan dari Zat yang memiliki kekuasaan penuh untuk mengampuni, yang kemurahannya melampaui segala sesuatu. Ini seperti memohon kepada raja yang paling dermawan, yang kekayaannya tak terhitung, sehingga permohonan kita pasti akan dikabulkan.
Makna dan Manfaat Istighfar
Kalimat ini bukan hanya sekadar ucapan, tetapi sebuah pengakuan tulus yang membawa banyak manfaat, baik di dunia maupun di akhirat, seperti:
Penghapus Dosa: Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa istighfar adalah salah satu cara terbaik untuk menghapus dosa, baik yang kecil maupun yang besar.
Menarik Rezeki: Istighfar dapat mendatangkan rezeki, hujan, dan keberkahan dalam hidup, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an.
Ketenangan Jiwa: Dengan mengucapkan istighfar, hati menjadi lebih tenang, beban terasa ringan, dan hubungan dengan Allah semakin dekat.
Tanda Taubat: Mengucapkannya adalah langkah pertama dan utama dalam proses taubat, yaitu kembali kepada Allah setelah berbuat salah.
Klik penjelasannya
7x
"Ila hadratin Nabi Muhammadin s.a.w. wa ala alihi wa sahbihi ajmain, wa ila al-malaikatil muqarrabin."
Artinya: "Kepada yang terhormat Nabi Muhammad s.a.w., beserta seluruh keluarga dan sahabatnya, dan kepada para malaikat yang terdekat (dengan Allah)."
"Tsumma ila hadratin Sayyidina Khidir a.s. wa ila hadratin rijalil ghaib fi hazal maqan."
Artinya: "Kemudian, kepada yang terhormat tuan kami, Nabi Khidir a.s., dan kepada para rijalul ghaib (wali-wali Allah yang tersembunyi) di tempat ini."
"Tsumma ila ruhi Imam al-Ghazali r.a. waila hadrati li ummi wa abi, lahumul Fatihah."
Artinya: "Kemudian, kepada ruh Imam Al-Ghazali r.a., dan kepada ibuku serta ayahku. Untuk mereka semua, (marilah kita hadiahkan) Al-Fatihah."
Secara singkat, bacaan ini adalah permohonan agar pahala dari bacaan surah Al-Fatihah disampaikan kepada:
Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para malaikat.
Nabi Khidir AS dan para wali yang gaib.
Imam Al-Ghazali.
Ibu dan Ayah dari orang yang membaca doa ini.
Ya=Hayyu Ya-Qayyum (1000x)
"Wahai Yang Maha Hidup, Wahai Yang Maha Berdiri Sendiri (atau Maha Mandiri)."
Penjelasan Maknanya:
Al-Hayyu (ٱلْحَيُّ) - Yang Maha Hidup
Ini adalah salah satu Asmaul Husna (Nama-nama Allah yang Terbaik). Al-Hayyu berarti Allah memiliki kehidupan yang sempurna, kekal, abadi, tidak berawal dan tidak akan berakhir. Kehidupan-Nya tidak sama dengan kehidupan makhluk yang terbatas dan fana. Dia adalah sumber dari segala kehidupan.
Al-Qayyum (ٱلْقَيُّومُ) - Yang Maha Berdiri Sendiri / Mandiri
Nama ini juga termasuk Asmaul Husna. Al-Qayyum berarti Allah Maha Mandiri, Dia tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Sebaliknya, seluruh makhluk di langit dan di bumi bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Allah-lah yang mengatur, mengurus, dan memelihara seluruh alam semesta secara terus-menerus tanpa henti.
Keutamaan dan Penggunaannya:
Kombinasi kedua nama ini dianggap memiliki keutamaan yang sangat besar.
Terdapat dalam Ayat Kursi: Frasa ini merupakan bagian dari ayat yang paling agung dalam Al-Qur'an, yaitu Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255):
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ
"Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya)..."
Dianggap sebagai Nama Allah yang Teragung (Ismullah al-A'zam): Sebagian ulama berpendapat bahwa gabungan nama "Al-Hayyu Al-Qayyum" adalah salah satu Nama Allah yang Paling Agung. Berdoa dengan menyebut nama ini diyakini akan lebih mudah dikabulkan.
Zikir untuk Ketenangan dan Pertolongan: Zikir "Ya Hayyu Ya Qayyum" sering diucapkan untuk memohon pertolongan Allah dalam menghadapi kesulitan, kesedihan, atau untuk mendapatkan ketenangan jiwa. Salah satu doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW adalah:
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ
Ya Hayyu Ya Qayyum, bi-rahmatika astaghits.
Artinya: "Wahai Yang Maha Hidup, Wahai Yang Maha Mandiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan."
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا
"Yaa Hayyu Yaa Qayyum, birahmatika astaghiitsu, wa ashlih lii sya’nii kullahu, wa laa takilnii ilaa nafsii tharfata ‘ainin abadan."
----
"Wahai Zat yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah seluruh urusanku, dan jangan Engkau serahkan diriku kepada diriku sendiri sekejap mata pun selamanya."
Analisis Makna Tiap Bagian
1. "يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ" (Wahai Yang Maha Hidup, Wahai Yang Maha Berdiri Sendiri)
Ini adalah seruan kepada Allah dengan dua nama-Nya yang agung:
Al-Hayy (Yang Maha Hidup): Menggambarkan bahwa Allah adalah satu-satunya sumber kehidupan. Kehidupan-Nya tidak berawal dan tidak berakhir. Dia tidak pernah mati, tidur, atau lengah.
Al-Qayyum (Yang Maha Berdiri Sendiri): Menggambarkan bahwa Allah tidak hanya berdiri sendiri untuk mengurus diri-Nya, tetapi juga mengurus dan menjaga seluruh makhluk-Nya. Semua makhluk bergantung pada-Nya, sementara Dia tidak bergantung pada siapa pun.
Gabungan kedua nama ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan penuh untuk memberikan kehidupan, menjaga, dan memecahkan semua masalah.
2. "بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ" (Dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan)
Bagian ini menunjukkan sikap kerendahan hati dan pengakuan total akan ketergantungan kepada Allah.
"Astaghiits" (aku memohon pertolongan): Kata ini lebih kuat daripada sekadar "meminta." Ini menyiratkan permohonan yang mendesak dari seseorang yang berada dalam kesulitan dan tidak bisa menolong dirinya sendiri.
"Bi-rahmatika" (dengan rahmat-Mu): Permohonan ini tidak didasarkan pada amal atau kebaikan diri, tetapi murni karena rahmat Allah. Ini adalah pengakuan bahwa tanpa kasih sayang dan rahmat-Nya, tidak ada satu pun pertolongan yang bisa datang.
3. "وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ" (Perbaikilah seluruh urusanku)
Ini adalah permintaan yang sangat komprehensif.
"Ashlih" (perbaikilah): Kata ini tidak hanya berarti "selesaikan," tetapi "perbaiki" hingga menjadi baik dan benar.
"Sya'nii kullahu" (seluruh urusanku): Ini mencakup semua aspek kehidupan: urusan agama, dunia, keluarga, kesehatan, pekerjaan, hubungan, dan akhirat. Doa ini memohon agar Allah memperbaiki setiap hal yang tidak beres, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
4. "وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا" (Dan jangan Engkau serahkan diriku kepada diriku sendiri sekejap mata pun selamanya)
Ini adalah bagian terpenting dan menunjukkan puncak kesadaran diri.
"Laa takilnii ilaa nafsii" (jangan Engkau serahkan diriku kepada diriku sendiri): Ini adalah permohonan agar Allah tidak membiarkan kita mengandalkan kekuatan, akal, atau kemampuan kita sendiri. Ini adalah pengakuan bahwa diri manusia itu lemah, mudah lupa, dan sering salah.
"Tharfata 'ainin abadan" (sekejap mata pun selamanya): Ini adalah penekanan. "Sekejap mata" adalah waktu yang sangat singkat, menunjukkan bahwa kita tidak bisa mandiri dari pertolongan Allah, bahkan untuk sesaat pun. "Abadan" (selamanya) menegaskan permohonan ini untuk setiap saat dan selamanya.
Ringkasan Makna Doa
Secara keseluruhan, doa ini adalah permohonan dari seorang hamba yang menyadari kelemahan dan keterbatasannya. Ia memohon pertolongan penuh dari Allah, satu-satunya Zat yang Maha Kuasa dan Maha Penjaga. Doa ini mengandung pelajaran penting: semua urusan kita, besar maupun kecil, hanya akan menjadi baik jika Allah yang memperbaikinya, dan kita harus selalu bersandar pada-Nya, bukan pada diri kita sendiri.
Rumah Belajar Amal Saleh: Jalan Prof. Abdurrahman Basalamah, Perum. Mustika Mulia A3/1 Makassar 90231
Adm: 7:00 - 16:00 WIB
Belanja: 24 Jam.
AI Website Maker